Direktur utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan beras Bulog yang telah tersimpan lebih dari empat bulan bakal dijual di bawah harga pembelian. Ini dilakukan demi menjaga kualitas beras cadangan pemerintah (CBP). Ketentuan tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah.
“Artinya, yang dulu kita pengadaan itu pembelinya Rp8.300, begitu 4 bulan kita stok itu kita bisa lepas dengan harga Rp8.000 atau di bawah Rp8.300, sehingga selisihnya akan diganti oleh pemerintah,” ujar Buwas soal beras Bulog dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR pada Senin, 16 Januari.
“Apabila nanti ini bisa berjalan, tentunya kami punya keyakinan bahwa tidak akan lagi terjadi beras yang turun mutu,” imbuhnya.
Beras Bulog Bakal Dijual Murah ke Masyarakat?
Ia menjelaskan tahun ini Bulog ditugaskan menyerap beras petani untuk menjadi CBP sebanyak 2,4 juta ton. Angka ini naik dua kali lipat dari tahun lalu sebanyak 1,2 juta ton. Untuk memenuhi stok CBP tahun ini, Bulog mengimpor 500 ribu ton beras. Namun Budi menyebut beras impor tersebut belum masuk seluruhnya karena berbagai kendala, termasuk cuaca.
Buwas memastikan seluruh beras impor akan masuk ke Indonesia paling lambat 16 Februari mendatang. “Paling lambat 16 Februari harus selesai. Kita enggak mau juga nanti masa panen justru itu (impor) mengganggu. Ini kan soal kedatangan (beras) saja,” ujar beras.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (BPN) Arief Prasetyo berjanji akan menyetop impor beras Bulog sebelum panen raya, yang diperkirakan pada Maret. Arief mengatakan untuk beras impor tahap kedua sebanyak 300 ribu ton akan masuk ke Indonesia paling lambat Februari 2023, sebelum panen raya dimulai.
“Yang 300 ribu ton akan datang segera. Kesempatan kita sampai Februari ini. Setelah itu kita semua panen raya. Panen raya tidak ada kita alternatif impor lagi. Kita akan setop,” ujar Arief di Gudang Bulog Kanwil DKI Jakarta dan Banten pada Jumat, 13 Januari lalu.
Arief menambahkan beras impor sebanyak 500 ribu ton yang terbagi atas 200 ribu ton pada tahap pertama dan 300 ribu ton tahap kedua digunakan sebagai bridging untuk memenuhi kebutuhan beras sebelum panen raya. Adapun beras Bulog impor tahap kedua sebesar 300 ribu ton berasal dari Vietnam, Thailand, Pakistan, dan Myanmar.