Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga emas perhiasan sebagai salah satu penyumbang inflasi terbesar dalam 15 bulan terakhir. Hingga November 2024, inflasi emas perhiasan mencapai 2,87%, memberikan andil inflasi sebesar 0,04%.
“Komoditas emas perhiasan terus mengalami inflasi selama 15 bulan terakhir. Pada November 2024, inflasi emas perhiasan tercatat 2,87%,” ujar Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (2/12).
Dalam tren tahunan, lonjakan inflasi tertinggi terjadi pada April 2024, mencapai 7,40%, diikuti oleh Mei sebesar 4,73%, dan Oktober sebesar 4,44%. Sementara itu, November 2024 juga mencatat inflasi pada kelompok barang pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,65%, dengan emas perhiasan menjadi kontributor utama.
Menurut BPS, emas perhiasan masuk ke dalam komponen inti inflasi yang memberikan kontribusi signifikan. Pada November 2024, komponen inti mencatat inflasi sebesar 0,17%, dengan andil inflasi 0,11%. Selain emas perhiasan, minyak goreng dan kopi bubuk juga menjadi penyumbang inflasi inti.
Amalia menjelaskan bahwa komoditas emas perhiasan telah menjadi indikator penting dalam mengukur tekanan inflasi. Tren kenaikan harga ini dinilai memengaruhi daya beli masyarakat, terutama di segmen barang mewah.
“Komoditas ini menjadi salah satu pendorong utama inflasi selama November, bersama minyak goreng dan kopi bubuk,” tambahnya.
Kenaikan harga emas diperkirakan masih akan berlanjut seiring meningkatnya permintaan di pasar global dan fluktuasi nilai tukar. Hal ini menjadikan emas tetap menjadi komoditas favorit baik untuk investasi maupun perhiasan, meski harganya kian melambung.
Pemerintah diharapkan terus memantau dampak kenaikan harga emas terhadap stabilitas ekonomi, khususnya daya beli masyarakat.
Demikian informasi seputar kenaikan harga emas. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Texas-Directory.Org.